Film Hantu Tribute: Insidious, Hantu yang Tersenyum

Film Hantu Terbaik: Insidious, Hantu yang Tersenyum
Film hantu adalah sebuah genre film, yang entah kenapa, tak pernah kekurangan penggemar. Walaupun pada dasarnya sebagian besar orang tak berminat bertemu dengan sosok hantu, film jenis ini tetaplah dibuat dan tetap juga laku keras. Sebagai sebuah tribute untuk penggemar film hantu, Resensi Film Bagus akan mencoba menghadirkan resensi film hantu terbaik sepanjang masa. Dimulai di artikel ini yang membahas film keluaran Hollywood tahun 2010, Insidous.

Insidious adalah sebuah contoh film horror terbaik yang sekarang sudah jarang ada - yaitu film horror yang memang sangat menakutkan tanpa harus membuat kita merasa jijik. Dari opening title di awal, film ini sudah menunjukkan usaha yang bagus untuk mempengaruhi pikiran anda.

Sebuah keluarga pindah ke rumah tua dan mereka langsung merasakan ada hal yang salah di sana. Suara-suara aneh, penampakan aneh, pintu yang membuka dan menutup sendiri, dan lain-lain. Yang seru, hantu di Insidous bukanlah bersifat pasif, anda tidak bisa menghindari mereka dengan pergi begitu saja. Hantu di sini mengikuti anda terus.

Tetapi, film ini terganggu dengan sedikit inkonsistensi. Para karakter di sini bertingkah berlawanan dengan interest mereka, mungkin agar lebih mudah bagi penulisan skenario. Sutradara James Wan terlalu memperhatikan efek tapi kurang detil dengan sequences dan tensi filmnya. Walaupun dibuat dengan budget rendah, harusnya Wan bisa lebih memperhatikan segi ini.



Ada juga beberapa pertanyaan menyaksikan film ini. Contoh, jika hantu di film ini diceritakan sengsara, kenapa mereka selalu tampil tersenyum? Memang, hal ini ada di hampir semua film hantu. Apa yang lucu dengan kehidupan setelah mati? Atau, apakah hantu tetap tersenyum seperti saat mereka hidup? Ataukah mereka senang melihat orang yang ketakutan karena mereka? Mungkin saja sesuatu yang menakutkan kita justru terasa lucu bagi mereka di "sana".

Sutradara: James Wan
Skenario: Leigh Wannel
Pemain: Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins

Useful Link:
Tas Laptop Wanita 

Contoh Resensi Film Laskar Pelangi, Sebuah Keberanian Berbuah Manis

review film laskar pelangi
Laskar Pelangi adalah sebuah adaptasi dari fenomena sastra berjudul sama tulisan Andrea Hirata. Dengan ekspetasi tinggi dari penggemar novelnya dan sekumpulan pemain ternama yang menyesaki film ini, Laskar Pelangi sudah menjadi hit sejak pertama dibuat.

Film ini berlokasi di Belitong, Sumatera dan dibuka dengan tokoh Ikal dewasa (Lukman Sardi) yang kembali ke tanah kelahirannya setelah merantau. Dia lalu flash back ke masa kecilnya dulu sewaktu masih SD di SD Muhammdiyah yang sederhana dengan 2 guru yang bersahaja, Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara)

5 tahun berlalu dan film bercerita tentang anggota Laskar Pelangi yang sudah kelas 5, melalui sudut pandang Ikal kecil (Zulfani). Selain Ikal, ada juga tokoh Lintang (Ferdian) yang amat jenius dan Mahar (Verrys Yamarno) yang menunjukkan bakat seni luar biasa. Tokoh-tokoh yang lain adalah Akiong, Harun, Sahara, dan Kucai.

Keputusan penting sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana yang memilih anak-anak asli Belitong sebagai pemain ternyata tepat. Mereka bisa menyelami karakter masing-masing walaupun tidak punya pengalaman akting sebelumnya. Memang, Riri dan Mira terkenal akan kemampuannya mengorbitkan bakat-bakat baru seperti yang terjadi pada Rachel Maryam.

Zulfani dan Ferdian menunjukkan penampilan yang luar biasa sebagai orang baru dalam dunia akting tanpa pengalaman. Kepolosan mereka terasa sangat natural, berbeda dengan bintang-bintang cilik lain yang sering mondar-mandir di layar TV kita. Anda pasti tanpa sadar tersenyum saat menyaksikan kisah cinta Ikal dengan seorang gadis Tionghoa yang ditemuinya di pasar, menunjukkan betapa naturalnya penampilan dia.

Inti dari film ini, secara emosional, sebenarnya Lintang.

Penonton langsung jatuh cinta sejak kemunculan pertama Ikal di layar. Sebagai anak termiskin dari sebuah komunitas miskin, gayanya yang terengah-engah menggenjot sepeda yang terlalu besar untuknya adalah sebuah scene tak terlupakan.

Sementara aktor veteran Ikranagara, memberikan penampilan memukai sebagai Pak Harfan. Dia sukses membawakan karakter guru senior yang bersemangat, baik hati, dan sanggup mengambil hati anak-anak asuhannya.

Skenarionya agak berbeda dibanding cerita di novel dengan penambahan beberapa karakter guru yang tidak dituliskan oleh Andrea. Sebuah hal yang wajar, tentu saja.

Memang ini film lawas keluaran 2008. Tapi tidak ada ruginya menonton Laskar Pelangi berkali-kali karena film ini memang "beda" dan berani melawan arus utama sinema Indonesia. Kami saja tertarik menulis resensinya sekarang.

Useful Link:
Jual Tas Laptop Ransel 

Contoh Resensi Film yang Bagus

contoh resensi film
Contoh resensi film, sebenarnya bagaimana sih contoh resensi film itu? Sebelumnya perlu diketahui mengenai apa itu resensi film. Resensi film adalah sebuah ulasan mengenai sebuah film yang mengupas habis semua yang ada di sebuah film. Resensi sangat bermanfaat sebagai panduan sebelum menonton sebuah film. Dengan demikian, calon penonton bisa menerka kualitas sebuah film sebelum mereka menontonnya.

Bagaimana sih contoh resensi film yang bagus itu? Sebuah resensi film sebaiknya memuat unsur-unsur berikut:

Ada informasi dasar tentang film yang bersangkutan. Ini termasuk nama sutradara, nama aktor, nama penulis skenario, genre film, dan juga tahun rilisnya.
Ada analisa mengenai komponen-komponen dalam film. Ini termasuk gaya penyutradaraan, lighting, kamera, akting pemain, dan lain-lain.
Ada pendapat sang penulis resensi film tentang film itu secara keseluruhan. Hal ini bersifat sangat subyektif karena dipengaruhi juga faktor selera sang penulis.

Blog Resensi Film Bagus menyuguhkan resensi film-film terbaik sebagai panduan sebelum menonton film. Contoh resensi film yang baik rasanya bisa ditemui di sini :) Atau mungkin kamu lagi cari contoh resensi film laskar pelangi? Jelajahi saja terus.

Useful Links:
Jual Tas Laptop Online Lucu 

Captain Phillips, Adaptasi yang Sukses

Sinopsis Film Captain Phillips
Captain Phillips adalah cerita yang diambil dari pembajakan kapal AS Maersk Alabama oleh bajak laut Somalia pada 2009. Pada waktu itu hubungan antara Kapten kapal Alabama Richard Phillips (Tom Hanks) dengan rekan Somalia-nya, Muse (Barkhad Abdi) tumbuh secara intensif. Berlokasi di lepas pantai Somalia, dua orang ini menyaksikan orang yang dikorbankan untuk kepentingan ekonomi tanpa bisa berbuat apapun.

Pengalaman Kapten Phillips yang menakutkan karena kapalnya dibajak merupakan material yang sempurna untuk sebuah film menegangkan. Paul Greengrass beruntung mempunyai screenplay yang baik yang merupakan adapatasi dari buku yang ditulis sendiri oleh Kapten Phillips. Karakter ini dimainkan secara seimbang oleh Hanks, dia bisa menunjukkan keberanian tanpa harus menjadi terlalu heroik.

Rekontruksi pembajakan dikerjakan secara hati-hati dan sukses menjelaskan bagaimana sedikit orang dengan senjata sanggup membajak sebuah kapal yang amat besar. Tidaklah mudah memang, tapi kapal besar yang tidak memiliki sistem pertahanan memang merupakan target empuk di tengah lautan lepas. Para pembajak kemudian meminta tebusan dalam jumlah yang keterlaluan karena menganggap kapal-kapal Barat telah lama merampok kekayaan laut mereka. Sekilas aksi mereka bisa "dibenarkan" dalam konteks mencari keadilan tetapi Greengrass amat pintar. Dia tidak memberikan justifikasi moral pada pembajak Somalia dan mempertahankan Kapten Phillips sebagai the good guy.

Aktor-aktor Somalia bermain luar biasa dan kehadiran mereka merupakan kekuatan mendalam dalam film, yang dibangun dengan kronologi yang ketat. Lumayan layak tonton untuk mereka yang suka film menegangkan.
Sutradara: Paul Greengrass
Penulis: Billy Ray
Pemain: Tom Hanks, Barkhad Abdi, Barkhad Abdirahman

Useful Link:
Jual Tas Laptop Keren Murah
  


Thor: The Dark World, Cukup Nonton Sekali

Sinopsis Film Thor: The Dark World
Jika kamu berusia 13 tahun, maka kamu pasti ingin menonton film Thor: The Dark World lagi dan lagi. Sebagian karena efek yang keren, aksi menarik, senjata yang terlihat bagus, dan sebagainya. Jika kamu sudah dewasa, mungkin hal sebaliknya yang akan terjadi. Sulit memahami cerita film ini, siapa melawan siapa, apa yang sedang terjadi, dan manakah jagoannya?

Semua yang bermain tampil sangat bagus dalam konteks penampilan di sebuah panggung live. Kecuali Odin (Anthony Hopkins), Loki (Tom Hiddleston), dan Jane (Natalie Portman), semuanya berbicara secara formal - mungkin untuk memberi kesan budaya yang berbeda dengan yang kita kenal selama ini. Dan jangan lupakan Darcy (Kat Jennings) yang lucu dan mencerahkan tiap scene yang melibatkan dia. Juga penampilan tak terlupakan nan memberikan kesan baru dari Stellan Skarsgard yang memerankan seorang ilmuwan gila yang terkadang tampil telanjang.

Kostum yang dipakai nampaknya menggunakan referensi makhluk-makhluk buas nan mistikal. Banyak sekali tanduk besar, ekspresi wajah menggeram dan tatapan mata yang amat tajam. Film ini merupakan kombinasi aneh dari ritual primitif dan fantasi ruang angkasa; beberapa senjata yang dipakai adalah pedang tajam sementara beberapa lainnya adalah senjata laser. Tapi ini adalah dunia komik, dunia yang Marvels banget. Di dunia macam ini, tak semuanya harus masuk akal atau menurut pada aturan-aturan standar yang kita tahu.

Satu hal yang bagus dari penyutradaraan Alan Taylor adalah humor yang membumbui sepanjang film dengan cara yang kekanak-kanakan, membuat kita terlena dan rileks sebentar sebelum dihantam oleh aksi laga yang berputar, menghancurkan, dan mematikan di antara bebatuan, gunung, dan gedung tinggi. Make up dan special effect patut diacungi 2 jempol, berpeluang untuk setidaknya masuk nominasi penghargaan.
Resensi Thor: The Dark World di atas jelas menunjukkan bahwa film ini digarap serius dan dengan cara yang tidak mudah. Sesuatu yang Resensi Film Bagus sangat hargai walaupun tetap tidak tergerak untuk menontonnya lagi.

Sutradara: Alan Taylor
Penulis: Christopher Yost, Christopher Markus, Stephen McFeely, Don Payne, Robert Rodat
Pemain: Chris Hemsworth, Natalie Portman, Tom Hiddleston, Anthony Hopkins

Useful Link:
Harga Tas Laptop Wanita 

The Grey, Teror dan Keindahan

Hidup dan mati duduk berdampingan dalam kisah tentang survival di tengah alam liar yang beku, di mana auman serigala ganas menggema di seluruh tempat. Dengan mengambil gambar di tengah alam liar British Columbia, The Grey mengambil setting keras dan dingin yang menjadi kunci dalam menghadirkan suasana bertahan hidup di alam liar.

Setting yang ada dengan sendirinya menghadirkan nuansa yang memang diinginkan oleh film besutan Joe Carnahan ini, tak ada yang berkilauan di sini. Penampilan kuat dari Liam Neeson menjadi fokus sentral yang pasti menarik perhatian penonton. Dia adalah kompas kita saat kita mencoba menikmati teror yang ada, isolasi, konflik, harapan, dan berbagai halangan untuk bertahan hidup.

The Artist, Sebuah Kebisuan yang Mempesona

Dalam banyak hal, The Artist adalah sebuah pencapaian prestasi. Sebuah film bisu produksi zaman sekarang yang, saking sempurna penggarapannya, bisa saja dianggap sebagai sebuah film klasik betulan produksi tahun 20-an. Segala teknik yang digunakan dalam produksi The Artist (pencahayaan, pengaturan bayangan, pengaturan warna hitam dan putih) menunjukkan sebuah keseriusan yang didasari pada study mendetail tentang film klasik zaman baheula.

Selain masalah teknis, The Artist mempunyai jiwa sebuah film bisu. Film ini mempunyai momen-momen yang sangat khas dalam sebuah film klasik. Sebut saja kesetiaan dan kerinduan yang divisualisasikan dengan sangat baik. Sutradara Michel Hazanavicius dan para aktornya sukses menyuguhkan gesture yang terarah, murni, tanpa harus terjebak dalam sebuah kekonyolan gerak.

Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 , Finale yang Memuaskan Fans

Pertempuran antara kekuatan baik dan jahat berkembang menjadi perang habis-habisan saat Harry Potter (Daniel Radcliffe) meneruskan usahanya untuk mencari Horcrux yang merupakan kunci untuk mengalahkan Voldemort (Ralph Fiennes). Bersama Ron (Rupert Grint) dan Hermione (Emma Watson), Harry menemukan legenda Deathly Hallows.

Bab terakhir serial Harry Potter, sekali lagi, menonjolkan efek yang kaya dan padat sehingga agak mengalahkan narasinya. Mereka yang belum membaca novelnya mungkin agak kebingungan mengikuti cerita film ini walaupun terlihat jelas bahwa film ini memang "diperuntukkan" bagi para fans fanatik Harry Potte yang pasti sudah hafal dengan segala lekuk liku cerita ini sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.

Breach, Spy Thriller yang Memukau

Breach disutradarai oleh Billy Ray, yang juga menulis Flightplan dan menyutradarai Shattered Glass. Diangkat dari kisah nyata tentang penerobosan intelijen paling hebat dalam sejarah Amerika, film ini melacak peristiwa-peristiwa yang mengarah ke penahanan agen FBI yang berdedikasi dan bereputasi bagus, Robert Hanssen (Chris Cooper). Hanssen melakukan pengkhianatan kepada negaranya dengan menjual rahasia negara kepada Uni Soviet.

The Fighter, Pertarungan dalam Sebuah Keluarga

The Fighter menyuguhkan hiburan yang bagus dari awal sampai akhir dan memuat 2 penampilan brilian yang bisa dianggap salah satu yang terbaik sepanjang 2010. Lingkungan kelas pekerja di Lowell, Massachusetts, diwujudkan secara detil, dan Mark Wahlberg, sebagai petinju kelas welter Micky Ward (tokoh ini memang benar-benar ada), menjadi pusat simpati penonton. Rasanya, semua yang menonton The Fighter akan berpendapat bahwa ini adalah film yang berkualitas.

Tetapi, ada sisi yang "tidak jujur" di film ini. Micky Ward adalah petarung tangguh di ring tetapi, di luar ring, dia adalah sosok yang pasif dan tidak berdaya melawan pengaruh ibunya yang juga manajernya (Melissa Leo) dan saudara laki-lakinya, Dicky (Christian Bale) yang juga pelatihnya. Keduanya bisa dibilang tidak berguna bagi Micky. Ibunya tidak punya ketajaman bisnis yang bisa membawanya ke pertarungan besar sementara Dicky adalah pecandu narkotik yang tidak bisa diandalkan bahkan untuk hal-hal kecil.