Premis yang mendasari The Clinic terasa mengganggu walaupun film ini cukup menakutkan untuk menarik perhatian para pecinta horor. Seorang calon ibu muda yang sedang hamil, Beth (Tabret Bethell) mendadak terbangun di sebuah bak mandi yang dipenuhi es dengan perut terjahit dan rahim yang kosong. Sebuah plot yang cukup menjanjikan, sebenarnya.
The Clinic tidak melulu terfokus pad unsur kekejaman dan lebih menampilkan horor yang standar dengan beberapa variasi. Beth kemudian menemukan wanita-wanita lain yang bernasib sama seperti dirinya, dan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup untuk menemukan bayi mereka.
Sayang, sulit untuk "membedakan Beth dengan wanita-wanita lainnya. Hanya ada sedikit indikasi untuk menentukan tipe/karakter yang mereka mainkan. Yang mengherankan, para wanita ini tetap bisa berjuang secara fisik (berlari, melompat, memanjat) walaupun secara fisik mereka seharusnya lemah karena baru saja perutnya dibedah. Apakah mereka bisa pulih dengan singkat? Belum lagi kondisi mental yang pastinya goyah.
Pemilihan lokasi dilakukan secara baik walaupun terlalu luas untuk menjadi tempat pembantaian yang menakutkan. Kita tidak benar-benar merasakan bagaimana para korban merasa terjebak dan terpojok. Shots yang diambil amat bagus dan penampilan para aktornya mendekati sempurna, terutama Elizabeth Alexander.
The Clinic mempunyai kekurangan besar dalam hal plot utama. Kita diminta untuk percaya bahwa para wanita ini sanggup melakukan beberapa hal aneh. Memang, karakter perempuan yang menjadi pahlawan bukanlah hal tabu, tetapi apa yang ditampilkan di film ini kadang terasa tidak masuk akal. Yang lebih aneh, lama-kelamaan penonton tidak akan merasakan hal ini sebagai keanehan. Untung saja final act yang ditampilkan sangat impresif.
Well, di tengah kelangkaan film horor yang mengguncang layaknya Saw atau Hostel, Resensi Film Bagus merasa senang dengan kehadiran The Clinic. Minimal bisa sedikit mengobati kerinduan akan kengerian dan ekspresi kejam penjahat.
Sutradara : James Rabbitts
Skenario : James Rabbitts
Pemain : Tabrett Bethell, Freya Stafford, Andy Whitfield, Elizabeth Alexander
http://hoopla.nu/films/the-clinic/clinic.html
The Clinic tidak melulu terfokus pad unsur kekejaman dan lebih menampilkan horor yang standar dengan beberapa variasi. Beth kemudian menemukan wanita-wanita lain yang bernasib sama seperti dirinya, dan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup untuk menemukan bayi mereka.
Sayang, sulit untuk "membedakan Beth dengan wanita-wanita lainnya. Hanya ada sedikit indikasi untuk menentukan tipe/karakter yang mereka mainkan. Yang mengherankan, para wanita ini tetap bisa berjuang secara fisik (berlari, melompat, memanjat) walaupun secara fisik mereka seharusnya lemah karena baru saja perutnya dibedah. Apakah mereka bisa pulih dengan singkat? Belum lagi kondisi mental yang pastinya goyah.
Pemilihan lokasi dilakukan secara baik walaupun terlalu luas untuk menjadi tempat pembantaian yang menakutkan. Kita tidak benar-benar merasakan bagaimana para korban merasa terjebak dan terpojok. Shots yang diambil amat bagus dan penampilan para aktornya mendekati sempurna, terutama Elizabeth Alexander.
The Clinic mempunyai kekurangan besar dalam hal plot utama. Kita diminta untuk percaya bahwa para wanita ini sanggup melakukan beberapa hal aneh. Memang, karakter perempuan yang menjadi pahlawan bukanlah hal tabu, tetapi apa yang ditampilkan di film ini kadang terasa tidak masuk akal. Yang lebih aneh, lama-kelamaan penonton tidak akan merasakan hal ini sebagai keanehan. Untung saja final act yang ditampilkan sangat impresif.
Well, di tengah kelangkaan film horor yang mengguncang layaknya Saw atau Hostel, Resensi Film Bagus merasa senang dengan kehadiran The Clinic. Minimal bisa sedikit mengobati kerinduan akan kengerian dan ekspresi kejam penjahat.
Sutradara : James Rabbitts
Skenario : James Rabbitts
Pemain : Tabrett Bethell, Freya Stafford, Andy Whitfield, Elizabeth Alexander
http://hoopla.nu/films/the-clinic/clinic.html
No comments:
Post a Comment