Apakah film ini disutradarai oleh Andrew Lau? Itulah pertanyaan yang muncul di benak Resensi Film Bagus saat menyaksikan Legend of the Fist: The Return of Chen Zhen. Lau, yang sukses menggarap Intenal Affair terbilang gagal dalam film terbarunya kali ini. Legenda Chen Zhen lahir saat Bruce Lee memainkannya tahun 1972 dalam film legendaris Fist of Fury. Tetapi, tokoh fiksional ini sering dimainkan lagi oleh, antara lain, Jet Li tahun 1994 dan sebuah mini seri dengan pemeran Donnie Yen (yang juga bermain sebagai Chen Zhen dalam film layar lebar garapan Lau ini).
Film ini adalah kelanjutan dari versi mini serinya, dengan mengambil setting 7 tahun setelah "kematian" Chen Zhen. Sekarang Zhen (Yen) muncul kembali dengan menyamar sebagai pengusaha kaya yang juga seorang playboy (sebuah kombinasi yang sangat umum :P) dan sangat sering mengunjungi klub Casablanca yang dimiliki oleh mafia Shanghai (Anthony Wong). Zhen merencanakan untuk menyusup ke jaringan mafia itu saat mereka beraliansi dengan Jepang.
Film dibuka dengan adegan yang spektakuler ala Bruce Lee saat Zhen menghajar satu batalion musuh dalam Perang Dunia I. Kemudian, ketika kita melihat dia di Casablanca, seolah-olah bersahabat dengan sang bos mafia, pertanyaan muncul di kepala kita. Dari mana Zhen mendapat uang untuk bisa berpura-pura menjadi pengusaha kaya yang juga playboy? Untuk apa dia menyusup ke Casablanca selain untuk mendekati penyanyi bernama Kiki (Shu Qi)? Lalu, saat kita melihat dia bertarung dengan topeng hitam melawan orang Jepang, film pun berubah menjadi sangat komikal.
Well, penulis skenario telah menyisipkan karakter layaknya karakter komik yang cukup menghibur. Tetapi jika anda mengharapkan Yen memamerkan gerakan-gerakan menakjubkan seperti dalam Ip Man, maka lupakan sajalah. Lau lebih fokus pada gambar-gambar yang menyolok, set yang mewah, dan subplot yang tidak dikembangkan dengan baik.
Dari segi akting, Shu Qi benar-benar tampil bagus dan menyegarkan. Dia menampilkan percikan-percikan pesona dan emosi yang cukup. Wong tampil sebagaimana biasanya dia tampil. Sementara Donnie Yen terlihat lebih sibuk bermain sebagai Bruce Lee ketimbang sebagai Chen Zhen. Resensi Film Bagus merekomendasikan film ini hanya jika anda penggemar Bruce Lee.
Film ini adalah kelanjutan dari versi mini serinya, dengan mengambil setting 7 tahun setelah "kematian" Chen Zhen. Sekarang Zhen (Yen) muncul kembali dengan menyamar sebagai pengusaha kaya yang juga seorang playboy (sebuah kombinasi yang sangat umum :P) dan sangat sering mengunjungi klub Casablanca yang dimiliki oleh mafia Shanghai (Anthony Wong). Zhen merencanakan untuk menyusup ke jaringan mafia itu saat mereka beraliansi dengan Jepang.
Film dibuka dengan adegan yang spektakuler ala Bruce Lee saat Zhen menghajar satu batalion musuh dalam Perang Dunia I. Kemudian, ketika kita melihat dia di Casablanca, seolah-olah bersahabat dengan sang bos mafia, pertanyaan muncul di kepala kita. Dari mana Zhen mendapat uang untuk bisa berpura-pura menjadi pengusaha kaya yang juga playboy? Untuk apa dia menyusup ke Casablanca selain untuk mendekati penyanyi bernama Kiki (Shu Qi)? Lalu, saat kita melihat dia bertarung dengan topeng hitam melawan orang Jepang, film pun berubah menjadi sangat komikal.
Well, penulis skenario telah menyisipkan karakter layaknya karakter komik yang cukup menghibur. Tetapi jika anda mengharapkan Yen memamerkan gerakan-gerakan menakjubkan seperti dalam Ip Man, maka lupakan sajalah. Lau lebih fokus pada gambar-gambar yang menyolok, set yang mewah, dan subplot yang tidak dikembangkan dengan baik.
Dari segi akting, Shu Qi benar-benar tampil bagus dan menyegarkan. Dia menampilkan percikan-percikan pesona dan emosi yang cukup. Wong tampil sebagaimana biasanya dia tampil. Sementara Donnie Yen terlihat lebih sibuk bermain sebagai Bruce Lee ketimbang sebagai Chen Zhen. Resensi Film Bagus merekomendasikan film ini hanya jika anda penggemar Bruce Lee.
Sutradara : Andrew Lau
Skenario : Gordon Chan
Pemain : Donnie Yen, Shu Qi, Anthony Wong
Rating IMDB : 6.0/10
Rating IMDB : 6.0/10
Saya lebih suka IP Man
ReplyDeletebener, saya juga gitu,, thanks dah mampir..
ReplyDeleteUntuk berantem lawan jenderal Jepangnya terlalu gampang kyknya..
ReplyDeletelebih bagus yang versi Jet Li..